Sukses. Ini kata yang sering kita dengar. Sesuatu yang
diinginkan setiap orang di dunia ini. Untuk sukses setiap orang
berusaha dan siap berkorban apa pun untuk mencapainya.
Lalu,
apa itu sukses? Kita sering mendengar orang berkata si A sukses dan si
B belum sukses.
Kita juga sering mendengar seseorang dikatakan sukses
apabila memiliki minimal salah satu dari berikut ini: harta yang
banyak, atau nama harum, atau kekuasaan/pengaruh di masyarakat.
Menjadi
pengusaha kaya raya, penyanyi terkenal, pejabat tinggi adalah sekian
contoh-contoh orang yang sukses. Demikianlah masyarakat mendefinisikan
sukses, dan kita hidup dalam bayang-bayang menurut definisi masyarakat
tersebut.
Lalu banyak di antara kita mulai menggambarkan sukses
dengan meniru seperti orang lain. Padahal kita tidak mungkin menjadi
orang lain. Apakah benar dengan menjadi orang kaya, terkenal, prestasi
tinggi, kekuasaan tinggi sudah menjamin kita menjadi sukses?
Apakah
demikian? Mungkin. Tetapi yang jelas, belum pernah saya mendengar
ketika seseorang menjelang ajalnya, orang tersebut sibuk mentransfer
uangnya ke rekening di akhirat. Atau mem'Fedex'kan barang-barang
berharganya ke dunia sana.
Atau dapat menawar kepada Sang Pencipta
untuk menukar waktu lebih lama di dunia dengan pengaruh yang
dimilikinya.
Anda belum pernah mendengar juga, bukan.
John C,
Maxwell dalam bukunya The Success Journey menyatakan bahwa sukses
sejati bukanlah sesuatu yang bisa kita capai atau peroleh.
Menurutnya
sukses itu sebenarnya suatu perjalanan yang harus kita tempuh sepanjang
hidup.
Saya sependapat dengannya.
Menurut saya, sukses adalah
perjalanan ke dalam.
Sukses adalah perjalanan ke dalam diri kita yang
paling dalam.
Perjalanan ke dalam dimulai dengan menyadari hakekat kita
sebagai manusia.
Seperti benda dan makhluk hidup lain di alam semesta,
semua mengalami perubahan, dari tidak ada menjadi ada, lalu tiada,
kembali ke Sang Pencipta.
Seperti bunga yang tumbuh dari benih kecil,
berkembang dan mekar sesaat mewarnai hidup, lalu layu dan kembali ke
tanah, lebih kurang demikian juga hidup kita.
Sebuah perjalanan yang
singkat.
Yang kita miliki hanya waktu, menghitung detak demi
detak jantung. Sepanjang hidupnya seorang manusia dengan masa hidup 70
tahun hanya memiliki waktu 840 bulan, atau 25.200 hari, atau 604.800
jam, atau 36.288.000 menit. Begitu singkat, bukan.
Dengan
mengerti hakekat hidup yang fana, kita mulai mencoba mengenali diri
kita yang sebenarnya. Segala kelebihan dan kekurangan kita.
Segala bakat
istimewa yang dianugerahkan Sang Pencipta. Segala impian dari hati
kita yang paling dalam.
Segala dedikasi yang ingin kita berikan untuk
orang-orang kita cintai dan dunia ini.
Yang kita memiliki adalah
masa yang singkat di dunia ini. Dengan mengerti hakekat sebagai seorang
manusia, menyukuri bakat dan anugerah yang diberikan Sang Pencipta dan
mendedikasikan untuk orang lain akan membuat masa yang singkat ini
menjadi masa yang bermanfaat bagi kita dan orang lain. Dan membuat
detik-detik yang kita lalui menjadi sebuah perjalanan yang penuh makna.
Seorang
teman yang saya kenal di MySpace mendeskripsikan sukses sebagai
seorang manusia dengan begitu sederhana dan indah.
Your purpose is to
find your gifts. Your meaning is to give them to others. That is
success all about.
Saya ingin menutup artikel ini dengan ucapan
Po Bronson: Failure's hard, but success is far more dangerous. If you
are successful at the wrong thing, the mix of praise and money and
opportunity can lock you in forever.
Jadi, hati-hati saat Anda
mendefinisikan dan merencanakan sukses Anda. Jangan sampai kita sukses
menurut ukuran orang lain, tetapi kita tidak pernah bahagia
menjalaninya. Lalu bagaimana kita mendefinisikan sukses kita?
Anda yang
memiliki previlise untuk melakukannya. Dan hati Anda yang memiliki
jawabannya.
Penulis adalah trainer pengembangan diri di Jakarta (gimhok.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar